“Beberapa merk sudah memanfaatkan buzzword untuk membangun efek word of mouth saat produk tersebut diluncurkan, tapi tidak sedikit yang melepas bebaskan buzzword yang mereka buat” (Majalah MARKETING, No. 02/VII/Februari/2007)
Komunitas yang ada di konsumen memang bersifat dinamis, terus bergerak dan tidak mudah untuk ditebak. Untuk itu diperlukan ketahanan untuk terlibat secara tulus dengan komunitas target market, selain buzzing audit. Ironisnya, komunitas sangat sensitif terhadap intensitas. Dengan kata lain semakin intens pemilik brand berhubungan dengan komunitas maka semakin tinggi tingkat ketergantungannya, begitu pula jika diturunkan intensitasnya maka akan turun pula komitmen konsumen terhadap brand.
Karena itu, dalam melakukan edukasi pasar, pemilik brand harus mampu membangun komunitas yang mengedukasi komunitas itu sendiri. Jadi begitu dilempar satu edukasi, sistem sel dalam jaringan langsung bergerak dan saling mengedukasi satu sama lain.
Hal ini yang sempat dilupakan oleh beberapa brand saat membangun brand community. Banyak brand yang bersemangat membangun komunitas, dengan harapan komunitas tersebut bisa menyerap setiap produk dan mempertahankan loyalitas yang ada di pasar.
Seringkali juga, semangat untuk membangun komunitas juga sangat besar sehingga pemilik brand akan selalu membidik komunitas yang besar. Padahal sebenarnya bukankah setiap produk memiliki komunitas itu sendiri ? Alangkah indahnya kalau kita mulai dari yang kecil. Saat launching produk baru, misalnya, bikin jaringan-jaringan kecil yang sudah eksis menjadi punya ”sense of beloging”. Jadi tidak sekedar bikin event besar dan semua orang tahu. Nanti pada periode tertentu, kita gabungkan jaringan-jaringan kecil itu dengan program experential melalui keterkaitan emosional.
Tidak mudah untuk membangun komunitas, dibutuhkan endurance yang tinggi untuk membangun komunitas yang mampu mengedukasi diri sendiri. Tapi ini memang harus dicoba. Setidaknya, agar informasi produk tidak dimanfaatkan oleh kompetitor untuk menghantam diri sendiri.
Seminar Nasional Statistik STIS, 3 Oktober 2011
13 years ago
No comments:
Post a Comment