Taktik penjualan dan gimmick sering lebih dipentingkan daripada penciptaan brand experience yang menyenangkan. Gimmick dan taktik penjualan yang agresif hanya berhasil jika sebuah brand lemah, bukan malah memperlemah sebuah brand. Riset menunjukkan bahwa jika konsumen mendapat pelayanan yang baik, mereka akan cenderung setia pada brand tersebut dan cenderung memandang harga tersebut sebagai faktor terakhir. Maka dari itu merek-merek di AS sekarang berfokus pada pembangunan pengalaman konsumen yang berpusat pada brand.
Brand experience = pangsa pasar dan pendapatan yang lebih tinggi, serta ketergantungan yang lebih rendah pada gimmick dan taktik penjualan yang mahal (yang malah menggerus kepercayaan pada brand). Bagaimana cara membangun brand experience yang hebat, yang akan menciptakan nilai (mengurangi ketergantungan pada harga) dan loyalitas (menghasilkan pembelian ulang) ?
Solusinya sederhana, harus dimulai dari membangun fondasi brand yang kuat dari dalam perusahaan. Jika direksi, manajemen, dan staf sendiri tidak mempercayai brand mereka sendiri, mereka tidak akan bisa menciptakan brand experience yang hebat. Internal branding yang intensif, yang direncanakan dengan baik, adalah satu-satunya jalan.
Internal branding berawal dari pengembangan yang cermat atas brand vision, essence, dan personality. Pembangunan brand vision, essence, dan personality yang kuat melibatkan tim lintas divisi dan disiplin, yang bekerja bersama-sama dalam workshop yang diselenggarakan dengan baik. Branding workshop merupakan tahapan yang penting untuk menciptakan komitmen dan kegairahan untuk menciptakan brand yang kuat. Agar berhasil, pembangunan brand harus “dialami” secara internal dalam organisasi tersebut dan berpuncak pada visi, nilai, dan harapan yang dimiliki bersama-sama.
Strategi branding tidak bisa dilakukan berdasarkan model yang dibaca di buku atau mencontoh sebuah seminar. Strategi tersebut harus dibentuk sesuai dengan visi dan nilai yang terdapat pada pasar lokal. Dapatkan brand experience dihasilkan jika brand tersebut tidak diinternalisasi, yaitu ketika karyawan kurang terlibat, kurang percaya, dan kurang bergairah untuk menciptakannya ?
Sumber: Majalah MARKETING 02/VII/Februari 2007
Seminar Nasional Statistik STIS, 3 Oktober 2011
13 years ago
1 comment:
Merkur & Ferencia: Merkur & Ferencia Merkur
Merkur & Ferencia https://febcasino.com/review/merit-casino/ merkur poormansguidetocasinogambling - Merkur & Ferencia Merkur septcasino in Solingen, Germany - Merkur - Merkur Merkur - MERKUR nba매니아 - Merkur & ventureberg.com/ Ferencia Merkur
Post a Comment